Meine Liebling Baya
Sabtu, 10 Juli 2010
cerita ini aku buat secara super cepat waktu disuruh bu ani bikin tugas bahasa Indonesia . Kebetulan waktu itu saya sedang pusing-pusing dengan bahasa jerman . Ja ja ja . Bukan saya tak suka Indonesia , cuma bete sama basa Jerman . hhew
berhubung saya bingung mau kasih gambar apa . saya kasih foto pemaen bola jerman saja . Love them too . Sayang mereka kalah . TT

Jakarta , 23 Agustus 2009
“ Aku nggak mau balik ke Jerman ma ! Aku mau tetep di Indonesia !”
“Nggak sayang , kamu harus tetep ke sana .. Papa mama udah siapin universitas bagus buat kamu “
“Nggak mama , nggak ..”
“Sekarang mama Tanya ya sama kamu Kan , kenapa kamu antipati buat balik ke Jerman ? Setahu mama , kamu pengen banget masuk Universitas Bebas Berlin ! Jujur sayang ..”
“Di sana kesannya terlalu euforia mama .. Aku nggak suka .. Udahlah ma , aku di Indonesia aja , kalau terpaksa ke luar negeri , ke Amerika aja mama “
“Nggak saying , papa mama sudah mempersiapkan semuanya di sana , mama yakin kamu suka”
“Suka apa sih mama ? Mama batalin aja deh rencana kuliahin Kanaya di Jerman ! Di sana itu .. Di sanaa..”
“Di sana apa ? Jujur Kanaya , kenapa sejak kamu berlibur di Jerman kamu jadi antipati sama Jerman ? Jujur sama mama Kanaya , mama butuh alasan yang jelas untuk batalin ini semua “
“Alasan apa lagi mama ? Apa penolakan Kanaya kurang keras ?”
“Kanaya … Mama pengen kamu maju nak .. Mama pengen kamu seperti abang kamu , kalau alasan kamu untuk membangun Negara , kuliahlah di sana dengan baik , secepatnya baliklah kamu ke Indonesia sayang “
“Mama .. Kenapa harus Jerman sih ?”
“Karena kita pernah merasakan iklim kehidupan di sana , kamu sudah kenal Jerman , dan papamu pernah jadi dosen di sana . Lagian abang kamu ada di sana , kamu nggak akan sendirian di sana Kanaya .“
“ Ma , aku nggak mau! Kanaya mau di sini aja ! Kanaya nggak mau sama Bang Reyhan di sana ..”
“ Kanaya , kenapa kamu jadi susah diatur sekarang ? Nggak seperti abang kamu , dia”
“ Apa ma ?? Mama mau bilang kalau aku nggak penurut kayak Bang Rey ? Ya udahlah , mama emang nggak bisa ngertiin aku ! Bang Rey terus !”
“ Kanaya! Kamu ngomong apa ? Jangan bicara seperti itu Kan !”
“Ah terserah mama aja lah , Yang jelas , Kanaya lagi nggak pengen bahas ini dan satu lagi ma , Kanaya udah nggak mungkin balik ke Jerman !” (melengos menuju kamar dengan muka cemberut )
“Kanaya !!!”
“Maaf ma , aku terpaksa” , bisik Kanaya dalam hati .
Itulah hal yang terjadi padaku beberapa hari ini , beradu mulut sama si mama tentang kuliahku nanti . Menyebalkan ! Sebenarnya , aku nggak enak berbicara begitu ke mama , tapi harus bagaimana lagi , mama belum boleh tahu masalahku , belum saaatnya .
Namaku Kanaya Citra Hapsari ,biasa dipanggil Kanaya . Siswa kelas III SMA N 8 Jakarta . Aku dulu memang pernah tinggal di Jerman selama lima tahun di Berlin tepatnya , waktu itu papa menjadi dosen di Universitas Bebas Berlin , Universitas terbaik di Jerman . Walaupun aku sudah agak lama tinggal di sana , Bahasa Indonesiaku masih lancar,karena setiap hari di rumah kami menggunakan Bahasa Indonesia . Semenjak papa menjadi dosen di sana , orang tuaku menginginkanku berkuliah di sana kelak . Seperti abangku(kakakku) , Bang Rey , dia menjadi mahasiswa kedokteran di sana . Sebenarnya aku juga ingin masuk ke sana , namun sekarang , sejak setahun yang lalu saat aku berlibur di Jerman , ada sesuatu yang menahanku untuk kembali dan berkuliah di Jerman , hingga aku menolak tawaran orang tuaku untuk kuliah di Jerman . Banyak orang yang tak bisa menerima keputusanku dengan baik , mereka heran dengan keputusanku , mereka menganggap hidupku nyaris sempurna , aku dilahirkan di keluarga yang termasuk kaum borjuis , jika tawaran ini menghampiri mereka , tak akanlah mereka tolak. Banyak komentar menghampiriku , mulai dari “kamu gila Kanaya! . “ Kanaya , apa sih yang kamu pikirin” bahkan ada yang mengatakan “ Apa kamu belum sanggup lepas dari gemerlap euforia yang keluargamu miiliki?” .Tapi toh , apa kata mereka , aku biarkan saja , mereka tak tahu alasanku .
“ Kenapa Kan? Mama bahas tentang Jerman lagi ?” , Bang Reyhan masuk ke kamarku dengan tiba-tiba .
“ Eh , Abang , ngagetin aja .. Iya bang , biasa , nyebelin !”
“ Pasti ini semua ada hubungannya sama Baya ? Jadi mama belum tahu masalah Baya?”
“Belum bang , belum saatnya. Kalau perlu mama nggak perlu tahu Bang”
“ Trus ? Kamu bakalan nutup diri terus dari Jerman ? Kenapa sih dek , kamu nggak lupain masalah itu?”
“ Aku udah coba Bang ,tapi susah”
“ Udahlah , kamu ke Jerman aja , temenin abang . Lupain tu si Baya , ntar abang cariin cowok yang lain deh”
“Enak aja , ngomong apa lagi bang bang, kalau masalah cowok sih ntar aku cari sendiri…”
“ Oke..Ya abang pusing juga Kan , abang pulang ke Jakarta , dua hari sekali liat kamu debat sama si Mama ,temen-temen kamu juga , kasian lagi Kan si mama sama temen-temen kamu , mulutnya nyampe berbusa .. hha”
“ Biarin aja .. Weekkk.. Mulut abang tuh berbusa juga .. Udah lah bang , nggak usah bahas Jerman , apalagi Baya .”
Ya , bukan karena Jerman aku tidak mau balik ke sana . Aku suka Jerman , aku suka berada di tepi Danau Groβe Wansee di sore hari , aku suka Universitas Bebas Berlin , aku suka , sangat suka . Tapi , satu yang aku tak suka , seseorang bernama Baya yang tinggal di Jerman . Dia seorang pemuda Indonesia keturunan Melayu , namun sudah sejak 10 tahun yang lalu, ia tinggal di Jerman . Dialah pemuda Jerman yang mengatakan suatu kalimat sakral bagi wanita , “Ich Liebe Dich” 3 tahun yang lalu di tepi Danau Groβe Wansee . Satu kalimat yang konon bisa membumbungkan kaum wanita , bisa menjatuhkan kaum wanita sedalam-dalamnya . Baya waktu itu sangat meyakinkanku , entah kenapa , aku yang selalu waspada mendadak langsung percaya padanya . Aku merasa , dia benar-benar milikku , dia benar-benar jujur . Aku taruh kepercayaan penuh padanya , aku yakin dialah yang terbaik .
Hampir setiap hari di Jerman selama 3 tahun , aku habiskan bersamanya . Kita bersekolah di sekolah yang sama , rumah kami hanya berjarak 200 meter , aku kenal keluarganya , begitu pula dia . Kami berangkat ke sekolah bersama , dan yang ku ingat , sore hari kami lari sore bersama dan duduk di tepi Danau Groβe Wansee , memandang kembalinya sang surya ke peraduannya . Sangat indah , dunia serasa milik bersua . Tertawa , bercerita .
Hingga akhirnya tahun ketiga aku berpacaran dengannya , aku harus pulang ke Indonesia . Papa sudah bisa menjadi dosen di Jakarta , di Universitas Indonesia tempatnya .
Bandara Frankfurt , 20 Maret 2007
Perpisahan antara aku , dan Jerman , dan Baya tentunya , terjadi . Sulit melepaskan pegangan tangan Baya . Waktu itu , sulit ku bayangkan , bagaimana rasanya tak bisa bertemu dan bergandengan tangan dengannya setiap hari . Rasanya aku ingin terus berada di sana , tapi aku tak kuasa melawan keadaan . Hidupku ada di Indonesia . Kami berdua berjanji untuk saling percaya dan jujur . Entah angin apa yang membuatku langsung percaya padanya , percaya seratus persen penuh !
Jakarta , 2008
Hidupku sangat menyenangkan ! Banyak teman yang kudapat , suasana yang menyenangkan . Suasana Indonesia masih terasa asing , karena lima tahun aku tak di sini , namun aku nyaman di sini . Banyak teman yang jadi pelindungku , sangat kekeluargaan . Namun benar yang aku pikirkan , Jakarta sekarang sudah berbeda dengan Jakarta lima tahun yang lalu , individualis kental terasa . Namun aku tak gitu merasakannya , Jerman lebih keras dari Jakarta . Bahkan di sana antar teman sekelas saja tak saling mengenal . Hanya satu yang aku kenal dekat di Jerman , Baya . Aku rindu dengannya . Aku ingin bertemu dengannya .
Café O’Lala , 17 Juni 2008
Aku duduk untuk minum kopi cappuccinolatte di sana , menikmati riuhnya Jakarta . Harum cappuccino merangsang tenggorokanku , tenang di antara hiruk pikuk Jakarta sore hari . Laptopku terbuka di hadapanku , aku sedang ber-webcam ria dengan teman sebangkuku sekaligus teman terbaikku di kelas waktu aku di Jerman , kebetulan di café ini ada wi-fi . Sebenarnya aku ingin bertatap muka dengan Baya , tapi dia sedang susah untuk dihubungi , kebetulan ada Dameria , aku hubungi saja dia , mungkin aku bisa bertanya banyak hal tentang Baya . Awalnya aku basa – basi dengannya , namun ketika aku tanya tentang Baya , dia linglung . Seperti ada yang takut ia ungkapkan , ketika aku tanya lagi , dia menjawab keadaan Baya baik-baik saja . Namun aku tak yakin dengannya , ekspresi Dameria tak seperti ia mengatakan hal jujur . Ketika ia tiba-tiba berpamitan untuk menutup sambungan webcam kami , aku semakin yakin , Dameria menutupi sesuatu dariku , dan pasti itu ada sangkut pautnya dengan Baya . Aku bingung , aku takut terjadi sesuatu pada Baya , semakin kuat tekatku untuk , liburan semester nanti ,aku harus menemui Baya . Harus ! Aku merindukannya .
Bandara Soekarno Hatta , 10 Juli 2008
Aku tak sabar untuk naik ke pesawat , aku tak mau terlambat naik ke pesawat , aku sangat berambisi menemui Baya . Aku rindu Baya . “
“Aku datang untuk memenuhi janjiku Baya , menemuimu liburan ini , aku tak sabar duduk dan bercanda denganmu di Danau Groβe Wansee . Baya “ , jeritku dalam hati .
Saking semangatnya aku , aku lupa untuk berpamitan dengan Papa Mama . Untung saja kakakku tersayang , Bang Rey , menarik tanganku dan mengingatkanku . Aku minta maaf Pa , Ma . Aku tak sabar ! Bang Rey hanya tertawa terbahak-bahak , sepertinya dia tahu apa yang sedang aku pikirkan , Baya tentunya . Kali ini aku ke Jerman tak sendirian , aku bersama Bang Reyhan , kakaku yang kuliah di Jerman . Kebetulan dia sedang berlibur di Jakarta dan mendadak harus pulang ke Jerman seminggu , setelah itu , dia kembali lagi ke Jakarta 2 bulan .
…
Di pesawat pikiranku tidak tenang , hanya ada satu hal dalam pikiranku , Baya . Aku ingin cepat-cepat menemuinya .
“ Bang , ni pesawat lama banget terbangnya . Pilotnya ngantuk apa Bang nyetirnya ?”
“ Hha , kamu aja Kan yang ngantuk , masa pilot ngantuk nyetir pesawat , kamu aja yang kepikiran Baya terus , dah lah , tidur aja sana , temuin tu si Buuuayamu itu di mimpi! Dasar orang kesengsen !”
“ Kok Buuaya sih Bang ! Baya !!! Awas manggil kayak gitu lagi !”
“ Biarin aja , mana bisa sih , pacar jarak jauh kayak dia nggak selingkuh ?”
“ Ah , abang udah deh ! Mendingan Kanaya tidur aja , Bayaa….”
“ Dasar orang gila !”
Bandara Frankfurt
Setelah 20 jam perjalanan , aku menginjakkan kakiku kembali di Jerman , tak jauh berbeda dari setahun yang lalu . Sama dengan Soekarno Hatta , ramai , namun bedanya , Frankfurt lebih bersih dan tertata . Aku lupakan pikiranku tentang bandara , pikiranku kembali kepada Baya . Aku cepat-cepat memasukkan koper , menarik Bang Rey dan masuk ke Taksi .
“ Berlin !”, ucapku semangat pada sang supir taksi . Taksi langsung melaju dengan kecepatan lebih dari 50km/jam , aku tersenyum-senyum . Bang Rey hanya geleng-geleng kepala , biarkan saja .
Berlin , 12 Juli 2008
Aku berkunjung ke rumah Baya , sebelumnya aku berdandan dan memilih baju sangat lama . Aku sudah mempersiapkan oleh-oleh khusus orang tua dan adik Baya , dan hadiah super spesial untuk Baya , dan aku memasakkan makanan kesukaan Baya , oseng-oseng tempe lengkap dengan sambal bawang , khusus untuk Baya dan keluarganya . Aku berjalan dengan berlari kecil menuju rumah Baya , satu langkah sebelum aku mengetuk pintu rumah Baya , ada suatu hal yang menahanku untuk bertemu Baya , muncul hal yang tak enak di pikiranku , aku paksa lupakan pikiran itu . Aku ketuk pintu , Tante dan Om Aksa yang membuka , ternyata Baya tidak adadi rumah , kata Tante Aksa , Baya ada di Danau Groβe Wansee . Mereka menawariku mampir dahulu , tapi satu hal yang aku kejar adalah Baya , aku berjanji untuk mampir setelah ia bertemu Baya , untung saja mereka mengerti , sehingga mereka tidak memaksaku untuk duduk lama . Aku berikan oleh-oleh dan masakanku , aku pamit , dan aku segera menghadang taksi berwarna putih untuk menuju ke danau . Sebenarnya bisa saja aku ke danau jalan kaki selama 15 menit , tapi bagiku , 15 menit bagi orang yang sedang rindu itu seperti 15 tahun . Aku tak mau ambil resiko menjadi gila di tengah jalan , lebih cepat aku bertemu Baya . Lebih cepat aku bertemu Baya , lebih cepat aku meminimalisir resiko gilaku .
Danau Groβe Wansee
Aku turun dari taksi sambil memegang hadiah istimewaku untuk Baya , sambil bernyanyi lagu Reza Artamevia “Aku cinta kepadamu , aku rindu di pelukmu ” dan lagu Ten2five “I will fly into your arms…” yang jika suaraku dibandingkan dengan Agnes Monica tak akan beda jauh , hanya sangat jauh .Tapi biarlah , toh danau ini sepi , tak aka nada yang terganggu dengan seriosaku . Baya saja hanya menutup telinganya mendengarnya . Sebelum sampai di bibir danau , aku berhenti di balik pohon blossom cherry , aku tak melihat seorang pria , aku hanya melihat sepasang kekasih yang sedang becanda ria dalam bahasa Jerman yang masih aku mengerti sebagian . Sepertinya aku tak asing dengan suara dan tampak belakang mereka, tapi aku tak peduli itu , mungkin aku salah . Aku coba mendekat , semoga mereka melihat Baya di sekitar sini .
“Baya ! Dameria !” , aku terkejut setengah mati , aku tak percaya dengan apa yang aku lihat , aku berharap mataku rabun sesaat , namun Allah belum mengizinkanku mengidap penyakit itu , apa yang ada di hadapanku benar-benar nyata . Pasangan itu adalah Baya dan Dameria ! Aku berdoa nyawaku dicabut saat itu juga , namun ini belum saatku . Aku tak kuasa menahan berdiriku , tangki amarahku sudah stadium 4 ingin meledak , namun seperti ada sumbat besar yang mengganjal . Aku tak bisa berkata apa-apa , namun kantung air mataku seperti tak tersumbat sedikitpun, air mata mengalir deras . Aku lari meninggalkan Danau Groβe Wansee dan Baya serta Dameria menuju rumah , suara Baya dan Dameria yang memanggil dan mengejarku tak kuhiraukan , aku tuli mendadak , lariku kuperkencang . Dipikiranku hanya ada “Aku benci Baya ! Dameria pengkhianat! Baya buuaya !”
…
Aku menangis semalam , aku di rumah hanya sendiri , Bang Rey sejak tadi masih di kampus , aku berharap Bang Rey pulang cepat , aku ingin mencurahkan kejadian hari ini , namun aku takut emosi Bang Rey terpancing , dan dia akan melukai Baya . Aku masih cinta Baya , walaupun aku benci dia . Aku binggung , yang aku lakukan sejak tadi adalh curhat pada Allah lewat sholat dan membuka blogku , memaki-maki Baya di file wordku , sudah pasti akan kutulis di blog . Aku tak tahu lagi harus berbuat apa , aku segan membuka e-mail ku , pasti akan ada pesan dari Baya . Ketika aku sudah bosan dengan file wordku , aku nekatkan membuka e-mailku . kanaya.kan@yahoo.com password : ******** . Aku buka inbox , ada 25 pesan baru , dan benar , ada 10 pesan baru dari deine.liebling@yahoo.com ,e-mail milik Baya , seperti biasa , dia memanggilku meine libeling kana dan 5 pesan dari dam.damer@yahoo.com milik Dameria . Aku tak menyangka Dameria akan mengirim pesan kepadaku . Sudah pasti , mereka akan menjelaskan hal yang kulihat tadi . Aku ingin memaki mereka , tapi aku tak biasa memaki langsung dengan kata-kata kasar . Aku putuskan untuk mengirim pesan yang mengesankan bahwa aku kuat tapi berisi unsur memaki .
To : deine.liebling@yahoo.com
From : kanaya.kan@yahoo.com
Cc : dam.damer@yahoo.com
Subject : terimakasih
Message : hei , pasangan yang aku temui di tepi danau , terima kasih ya atas semuanya , terima kasih pesta penyambutannya . Aku TERHARU .
..sending.. ..sent..
Aku tutup e-mail dan aku matikan laptop , kebetulan sekali Bang Rey pulang . Aku mencoba menutupi semua , aku membukakan pintu dengan senyum lebar . Bang Rey menutup pintu mobil dan langsung berlari memelukku , ternyata Bang Rey sudah mengetahui hal itu , tadi siang Baya sms ke handphone Bang Rey , ia pikir aku membawa handphone Bang Rey . Mengetahuinya Bang Rey langsung menelepon dan memaki Baya . Aku menangis di pelukan Bang Rey , aku memaksa diriku untuk berlari dan pergi mencari tiket ke Jakarta untuk besok pagi , kalau bisa malam ini juga . Bang Rey mengajakku duduk dan menenangkanku , ia berkata banyak hal yang sangat bijaksana . Aku kagum dengannya , dia adalah kakak yang hebat , pantang menangis , selau tegar , dan satu hal yang pasti , dia selalu menjadi pahlawanku dalam keadaan apapun . Namun untuk kali ini , aku benar – benar tak kuasa menahan ambisi meninggalkan Jerman secepatnya . Aku berlari ke kamar , memberesi barang-barangku , aku harus pulang besok pagi . Namun Bang Rey benar-benar berusaha menenangkanku , hingga akhirnya aku menangis di bahu Bang Rey karena sugesti-sugesti yang ia berikan . Aku tertidur .
Bandara Frankfurt , 15 Juli 2008
Jika ketika aku dating ke sini aku sangat bersemangat , sekarang aku sangat berambisi untuk pulang ke Jakarta . Sebelum aku memasuki pesawat , aku pandang seluruh bandara , aku takkan pernah kembali ke sini lagi , tak akan . Aku telah mengucapkan salam perpisahan dengan Danau Groβe Wansee dan sekeliling kota Berlin dan Postdam kemarin , aku sebenarnya tak ingin mencampakkan Jerman , tapi akuu sudah antipati untuk dating kemari lagi . Kemaren sore , Baya dan Dameria datang ke rumah , Bang Rey meminta aku menemui mereka , tapi aku hanya diam mengunci diri di kamar sambil memandang Sungai Havel dan Jembatan Glienicker yang ramai dilalui kendaraan , aku mencoba untuk menyegarkan pikiranku . Aku tak tega mendiamkan Bang Rey sang pahlawan mengetuk-ngetuk pintu kamar dan aku biarkan saja . Aku tak mau bertemu mereka . Ketika mereka keluar rumah dan berdiri di halaman , aku tak melihat mereka karena aku sibuk memandang alam . Mereka memandangku , dan Baya memanggillku “Kana!” , aku menoleh , aku langsung melengos menuju ke kamar dan menutup pintu balkon , mereka pergi , biarlah . Aku sudah restui hubungan mereka ,dan memaafkan mereka , namun untuk bertemu lagi dengan mereka , aku tak bisa . Aku ingin pulang ke Jakarta , aku akan mengepakkan sayap di Jakarta , di Indonesia . Tak akan aku bertemu Baya , ataupun Dameria .
Jakarta , 2009
Aku sangat antipati dengan Jerman , mama sudah bosan mendengar penolakkanku ke Jerman , menurut kabar burung dari Mbok Yam yang bekerja di rumahku , Bang Reyhan telah menceritakan masalah Baya ke mama dan papa , sebelum kembali ke Jerman . Bang Reyhan memang jahat , tidak meminta izin padaku , tapi ya sudahlah , yang penting mama sudah menyetujuiku untuk kuliah di mana saja , dan aku memilih Universitas Gadjah Mada Yogyakarta , fakultas kedokteran .
Yogyakarta , 2010
Aku menemukan Baya baru ! Aku tak menyangka di Jogja aku menemukan pria bernama Baya , dan dia menjadi pacarku . Awalnya aku sangat tak percaya , aku menemukan meine Liebeling Baya yang baru , bukan di Jerman , tapi di Jogjakarta . Liebe Baya kedua , ich liebe dich !
Label: GHS never ends, mahakarya ananda :D